Helooo Pembaca Setia Cinta Itu Sempurna! Disini RePost CIS Karya Gitta. Go ADD FB : Gitta Brigitta Go FOLLOW Twitter @brigittagitta. Another Blog: brigittasilalahi.blogspot.com [Follow juga yaa!:)] :) Thanks yang udah Baca :)

Jumat, 21 Juni 2013

Cinta Itu Sempurna (Part 26)

Shilla, Via dan Agni mengantar Ify sampai kerumah sakit terdekat. Bahkan sampai detik ini pun detik dimana nafas ify sudah engap engapan dia masih bisa memerhatikan ketiga sahabatnya dalam diam. Sakit? Pasti. Tapi emang ada yang lebih sakit daripada melihat sahabat kita sendiri sakit?
“Dok, sus siapa ajadeh OB siapapun woy UGD plis” Teriak Agni sambil melihat kearah belakang dimana ify dituntun oleh shilla dan via.
Dengan cekatan suster pun mengangkat ify ketempat tidur dorong yang memang digunakan dalam keadaan darurat. Ify masuk keruang bedah kecil. Sedangkan shilla udah kalut, via terlihat cemas namun mukanya lebih bisa dikontrol sedangkan agni sudah mondar mandir didepan ruang bedah.
“Masih ga habis pikir gue sama Kak Rio seenaknya aja masuk keluar hidup orang.” Ucap Via tidak sadar. Shilla dan Agni langsung memerhatikan via secara seksama. Ya. Masih tidak terbayangkan bagaimana ada diposisi Ify. Mengapa kesenangan yang ia miliki selalu diikuti dengan goresan kesedihan.
“Kerabat Alyssa?” Tanya Dokter yang keluar dari ruang ify dibedah – mungkin lebih tepatnya dijait-jait. Agni orang pertama yang langsung lari kedepan dokter diikuti via sambil menuntun shilla.
“Iya, saya pak. Orang tuanya diluar negeri. Kami kerabatnya.” Jawab Agni pasti. Takut-takut via dan shilla memerhatikan muka dokter itu.
“keadaannya memang cukup parah, Pinggangnya lebam. Biru bahkan sebagian merah hampir ungu. Jarinya dijait sekitar 8 jaitan. Cukup menyakitkan” Ucap dokter tersebut. Agni menelan ludah.
“Namun saya salut Alyssa tidak ingin di Bius total tapi saya tidak mengerti mengapa Ia tidak menangis. Tapi saya sudah paksa Alyssa untuk diopname minimal 2 hari agar memar dan jaitannya sampai sedikit membaik.” Lanjut dokter tersebut yang sukses membuat Agni,Via dan Shilla geleng-geleng kepala. “Tapi Alyssa benar-benar berhasil membujuk saya untuk memulangkannya. Semua akan baik-baik saja asal keinginan Pasien kuat untuk sembuh dan orang disekitar dan lingkungan mendukung” Ucap dokter mengakhiri pernyataannya. Ya semua ada ditangan Ify.
-Ruangan Ify-
“Heh makin jelek aja lo bertiga kalo sembab yak Hahaha gue dong masih cantik aja. Azik” Sambut Ify saat ketiga sahabatnya masuk. Via langsung memeluk ify sedangkan shilla masih merasakan kakinya yang rapuh.
“Gue tau lo kuat banget fy banget banget” Ucap Via.
“Semua orang berhak jatoh dan berhak berdiri vi, Rasanya lama jatuh itu sakit. Jadi mending berdiri kan?” Timpal ify sambil tersenyum membalas pelukan Via.
“Fy fy sampai kapanpun lo senyum tangan pinggang lo akan tetap seperti itu sakit.” Ucap Agni hambar.
“Nih ya ag mending gue sakit 3 kali lipat dari jaitan ini atau lebam yang ada asal gue sehat batin mah hehe” Jawab Ify dengan tawa yang hambar pula.
“Fy, Lo punya kita kok” Timpal Shilla pendek sambil menggenggam tangan Ify.
“Ya, gue tau dan akan selalu tau.” Jawab ify dengan senyumnya.
Berjanjilah wahai sahabatku..
Tak akan pernah ada yang berubah
Antara aku dan dirimu. Kita.
Dari kemarin hingga sekarang  sampai selamanya...
*****
“Ozyy!! Ozzzyyy wooyy” Teriak Via didepan rumah Ify. Ify menjitak pelan kepala via.
“Woy rumah orang ebuset lo kira samping rumah gue tuli semua?!?!” Balas Ify, Via hanya tersenyum dan mengacungkan kedua tangannya menyimbolkan ‘V’.
“Astaga Ka Vi..........LOH KA IFY?!?!??! Lo kenapa kak? Tangan lo? Yatuhan...” Ucap Ozy sambil mengelilingi tubuh ify dan memerhatikan lengannya tepatnya jarinya.
“Apasih lo zy, Masih alay aja lo. Harusnya elo tuh yang masuk rumah sakit bukan gue Ckck” Balas Ify.
“Sumpah serius. Lo kenapa kak?” Tanya Ozy serius. Ify memutar bola matanya. Males banget deh kalo serius seriusan.
“Gue kecelakaan tadi kena piring jatoh udah ribet banget sih lo. Awas gue mau masuk. Gausah so khawatir deh simple doang gini kok” Jawab Ify melenggang masuk kerumahnya namun seketika pinggangnya sakit tapi ia tahu ini bukan keadaan untuk menjerit kesakitan.
“Oya Shil, Vi, Ag lo bertiga gue usir nih hahahaha udah malem gabaik balik kemaleman. Gue gapapa kok paling besok masuk sekolah” Jawab Ify sambil membalikan badannya kearah pintu rumah.
“Jago ya orang mah ngusir dengan kiasan. Die? Asal ceplos. Okedeh, Istirahat fy jangan mikirin apa-apa dulu.” Ucap Shilla, Ify mengacungkan jempolnya. Setelah Via,Agni dan Shilla pulang Ify langsung naik ke kamarnya.
-Kamar Ify-
“Kak, Nih susu coklat mana tau ada gunanya buat tubuh lo” Ucap Ozy sambil memberi segelas penuh susu ketangan Ify.
“Thanks Zy. Berguna mungkin tapi kalo lo yang ngasih gatau juga sih hehe” Timpal Ify, Ozy melempar pelan bantal kearah kakak-nya itu.
“YAAMPUN gue lupa kasih tau Mama!” Ucap Ozy sambil langsung mencari keberaaan HP disekitar kantung celananya. Ify langsung menarik tangan Ozy. Menghentikan kegiataannya.
“NGGA! Zy! Jangan!” Larang Ify
“Ngga ada! Lo jangan so kuat dulu deh kak, Ga semua keadaan disaat lo lemah untuk berpura-pura kuat” Timpal Ozy keukeuh.
“Zy, Plis jangan sampe mereka khawatir Cuma gini doang. Gue kuat kali bukan pura-pura. Sumpah! Kali ini aja turutin gue... gue kan kakak lo. Patuh kekk” Pinta Ify sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentu ‘V’. Ozy merutuki dirinya. Kasian juga kakaknya ini. Atau....
“Oh gue ada ide! lo punya 2 Pilihan. 1 gue kasih tau soal ini ke nyokap atau ke 2 Kita balik kerumah ka Rio.” Ucap Ozy dengan muka menantang. DAMN!!!! Ka Rio? Gamungkin kesana. Mau ditaro dimana muka gue? Batin ify. Tapi........ Orang tua sama harga diri? Ia benar benar tidak mengerti. Mengapa keadaan selalu menyatukan sesuatu yang gak perlu dipersatukan?
“Kakaku sayang  jadi pilihan lo?”
“Zy, jangan kayak gini dong! Kita jangan nyusahin siapapun lagi.”
“Bukan nyusahin. Ka Rio punya tanggung  jawab bukan Cuma sama Ray tapi sama Gue dan...Lo” Ray menghela nafasnya sebentar berharap kakanya mengerti. “Disana ada Ka Rio kak, gue yakin dia bisa jaga lo. Sebarat apapun kondisinya.” Lanjutnya. Telak Ify langsung diam.
Seberat apapun zy? Tadi pagi momennya ga berat. Ringan dan sepele. Tapi kemana Rio? Dia cukup menjadi penonton dari semua kejadian yang menimpa gue. Jaga gue zy? Emang Rio masih nganggep gue ada zy? Semuanya lo gatau zy. Ini berat... dan lo gabisa tau.  Perlu gue menyerah pada keadaan? Karna sampai detik ini pun tidak ada satupun yang mengerti keadaan gue. Termasuk gue sendiri. Gue aja masih gasanggup jadi Ify yang sekarang. Yang kayak gini.
“Zy, Percaya sama gue. Kalo sampe gue tumbang. Lo boleh bawa gue kerumah Ri... Ray.” Ucap Ify tegas dan Ya Ozy langsung mengangguk dan membiarkan kakanya masuk ke kamarnya.
*****
Ify masuk ke kamarnya dan ya ia langsung mengunci pintu kamarnya dan duduk dikasurnya. Ify langsung merintih mengeluarkan kesakitan yang sedari tadi ia tahan. Bahkan matanya memerah dan tak jarang mengeluarkan 1-2 tetes air mata. Dia tahu ini adalah keputusan yang ia ambil. Ia yang meminta untuk gak diOpname.
“AAAAA errgh” Ify menutup mulutnya sendiri dengan tangan satunya di pinggang. Air matanya membasahi luka yang ada ditanggannya. ‘Lo ga boleh teriak fy atau Rumah Rio yang bakal jadi taruhannya’.
“KAK IFYYYYYYYYYY!!!!!!” Ozy tersentak, Obat dan air putih yang ada ditangannya untuk Ify langsung jatoh begitu saja. Ify langsung melepaskan tangannya dari pinggangnya dan langsung menutupi badannya dengan selimut.
“Gue tau lo orang yang konsisten sama omongan lo.” Tegas Ozy, Ify menghela nafasnya. ‘Mending rumah sakit deh kalo tau gini. Sial’.
*
Ozy menjalankan mobilnya sesekali melihat kesamping. Ini adalah menyetir terlama yang pernah ia lakukan dengan kecepatan tinggi.Sampai2 ia sering kelewatan lampu merah. Ekor matanya tetap mengikuti Ify apalagi saat kakanya tiba-tiba meringis.
-Rumah Rio-
“Ka Rio!! Ray! Ka Rio!”Teriak Ozy dari depan rumahnya. Ify masih didalam menatap nanar rumah tersebut. Siapa sangka rumah mewah tersebut bisa terasa seperti penjara dari depan.
“Iya iya sabar....Ozy ada apa sihh? Ko teriak-teriak?” Sambut Rio membuka pintu diikuti dengan.............Dea. Ozy menghela nafas. ‘Cewe ini.......siapa?’
“Zy, Kenapa?” Ray ikut-ikutan keluar mendengar nama Ozy. Ify yang melihat Dea dari jauh langsung keluar mobil dengan sedikit berlari. Berjalan cepat maksudnya.
“Zy, Plis udah malem cepetan deh kita pulang.” Ucap Ify sambil kedua tangannya dilipat dibelakang tubuhnya. Ia tahu, sangat amat tahu Rio tak perlu tahu apa yang terjadi dalam dirinya. Dea yang sedang belajar bareng Rio –Cara modus terbaru- langsung kaget sekaligus tidak mengerti apa yang terjadi didepannya saat ini. Rio terpaku melihat ify, Terlihat sekali Kaus Pink yang ia pakai terlihat remasan dibagian pinggangnya . Seketika ia mengingat kejadian tadi pagi dan bagaimana pesan yang ia terima bukan hanya dari orang tua Ify........Tapi orang tuanya dan juga –mungkin- hatinya.
“Zy, ayo cepettt” Ucap Ify.  Ah. Nyut-nyutan itu terasa lagi!!! Tidak tepat. Ify segera membalikan badan berharap bisa masuk secepatnya ke mobil, Rio berjalan diluar kendali mengikuti langkah ify tapi belum sampai Gerbang Rumah Rio, Ify langsung terjatuh dan dengan Sigap Rio mengangkap gadis ini ditangannya dari belakang.
Sungguh aneh. Ray Ozy dan Dea hanya bisa menatap semua kejadian yang bergulir. Ray langsung menarik Dea kedalam rumahnya bermaksud mengantarkan dea keluar dari rumah ini lewat belakang sebelum Ify masuk.  Ozy yang melihat itu langsung berteriak kearah Rio “Kak Ray anterin temen lo ini sampe rumahnya, Gue mau kerumah sakit dulu manggil dokter, Ka Ify tanggung jawab lo saat ini.”
Tak ada yang menempel ditelinganya selain ujung dari kalimat yang Ozy ucapkan barusan. ‘.......Ka Ify tanggung jawab lo saat ini’. Ify yang ada ditangannya benar-benar tertidur –pingsan- Ia menatap wajah gadis yang ada dalam tangannya dalam diam. Kapan terakhir ia bersama dengan gadis ini? -Maksudnya dalam keadaan yang benar-benar berpihak kedalam mereka-. Singkat, ia langsung tersadar dari pikirannya dan menggendong Ify kedalam kamar ify yang ada dirumahnya.
 Ia menidurkan gadis itu dan dengan tanpa sengaja pandangannya berhenti pada tangan gadis itu, Tangannya bergerak kearah tangan Ify dengan tanpa sengaja. ‘Sesakit apa ya rasanya?’. Aneh, tangannya langsung digenggam oleh ify. Rio masih melemaskan tangannya tapi ify malah menambah kekuatannya dan air mata ify.........keluar dari bola matanya yang tertutup. Sempat ada pikiran bahwa Ify pura-pura pingsan tadi. Tapi logikanya kalo tangannya dalam keadaan seperti itu dan ia dalam keadaan sadar.... menggenggam sesuatu itu sakit banget apalagi sekeras ini. Jari-jari Rio yang tadinya dibebaskan langsung menekuk menelusuri tangan Ify menggenggamnya lembut.
Tak lama bola mata Ify bergerak, Rio langsung melepas genggamannya dari tangan Ify dan membalikan badannya dari hadapan Ify. Tak lama Ify menggerakkan jari-jarinya dan membuka matanya. Menatap keseluruhan ruangan itu dan menghela nafasnya berat.
“Eh ko mata gue berair sih? Eh~” Ceplos Ify, baru saja ia kaget dengan air matanya, ia harus kaget dengan adanya Rio disamping tempat tidurnya.
“Lo tidur sambil nangis.” Jawab Rio pelan membalikkan badanya –kembali- kearah Ify. “Lo pingsan beneran apa cari perhatian doang sih?” Bentak Rio sambil melihat kearah Ify. Ify menundukan mukanya. Ia tahu ia orang yang paling lemah. Batinnya lemah. Dibentak dikit pasti langsung nangis. Sekalipun bentakan orang yang berpura-pura jahat seperti –Posko waktu MOS- sungguh bentakan adalah alat yang paling canggih untuk membuatnya lemah.
“Jawab dong. Lo kira, lo ga berat apa? Kira-kira dong kalo ngebohong. Lo kira rumah gue mini?!” Tanya Rio lagi masih dalam intonasi yang sama. ‘Ya Tuhan Ka Rio.... .. Plis Jangan buat gue sakit kalo dia berbuat jahat begini’.
Ify mengerjapkan matanya dan menghapus air matanya dalam keadaan menunduk. Lalu mengangkat wajahnya.
“Gue ga minta lo gendong gue ko kak. Maaf kalo gue musti jatuh didepan rumah lo. Mungkin lo nolong gue karna ya lo kasian sama gue dan gue ada diwilayah rumah lo.” Ify menghela nafasnya sebentar “Lain kali, kalo gue pingsan lagi gausah lo gendong kok kak, tapi kalo bisa gue minta tolong sama lo untuk minta tolong sama orang lain untuk bantu gue atau sms singkat ke temen-temen gue. Tapi selagi gue masih bisa ngeliat. Lo bisa langsung tinggalin gue.” Ify mengakhiri kalimatnya. Sakit?sangat. Rio merasakan ada sesuatu yang menusuk. Aliran darahnya berhenti. Rasanya dia mau berhenti melihat ify yang kayak gini.
“Kak Rio.........” Suara Ify mulai bergetar. Rio masih menatap Ify yang kembali menunduk.  “Kalo nanya lagi..... Intonasinya jangan terlalu ngebentak ya kak.” Ucap Ify pelan. Rio tersentak. Ia baru ingat kalo Ify ga bisa dibentak. Apa hak gue ngebentak? Orang tuanya ga pernah membentak dia? Siapa gue?.
“Gue ke luar.” Ucap Rio sambil beranjak pergi, Ify hanya menganggukan kepalanya. Namun belum sampai didepan pintu, Ozy Ray dan seorang Dokter bertepatan masuk kedalam kamarnya yang otomatis membuat dia gabisa keluar kamar ini.
“Malam Alyssa yang bandel, maaf sebelumnya saya minta hanya 1 orang yang menunggu didalam. Selebihnya bisa menunggu diluar.” Ucap dokter perempuan langganan keluarga Ify tersebut. Baru saja Rio mau melangkahkan kakinya namun Ray dan Ozy yang berada depan pintu langsung keluar dan menutup pintu. ‘Bocil 2 sialan!’
“Yaudah Dok, biar saya aja. Anak kecil nanti malah ganggu dokter lagi hehe” Timpal Rio sambil tersenyum.
“Malem tante dokter hehe bandel juga tetep cantik kok. Ngapain dok kesini hehe?” Jawab Ify masih dengan kekehannya.
“Alyssa! Kan saya udah bilang kemaren, diopname. Daripada kayak gini? Kamu akan selalu merasa kesakitan sa” Nasihat dokter sambil memeriksa  pinggang Ify. ‘Kamu akan selalu merasa kesakitan sa’ Rio membatin. Kalo gue bisa gue gendong deh nih cewe sampe rumah sakit. Hahhhh. Sedangkan Ify masih terus terkekeh seperti biasanya.
*****
Keesokan paginya.....
Hari ini Ify udah masuk sekolah, Yang jelas dia emang ga punya izin untuk sekolah. Kecuali izin dari hatinya. Tiba-Tiba saat ia keluar kamar disaat yang bersamaan Rio juga keluar kamar. Melihat Ify, dia langsung datang menghampiri Ify. Terlintas dimana momen-momen disaat mereka berdua bisa saling bertemu, menyapa dan bertatapan tanpa hal yang menyakitkan.
“Ray sama Ozy udah berangkat. Tadi Ozy izin sama gue. Awalnya ga gue izinin soalnya mereka berangkat pagi banget jam setengah 6. Ternyata mereka ada acara penyusunan rapat OSIS untuk bulan ini dan mereka juga izin untuk nginep. Mau gue larang tapi adik Lo ketua OSIS.Jadi gamungkin ninggalin acara.” Rio memberikan penjelasan seadanya dan tidak ingin menatap Ify lama jadi ia hanya menatap disaat perlu aja.
“Ish kenapa ga bangunin gue dulu sih? Terus mereka berdua bawa makanan ga? Atau makanan kecil gitu? Mereka udah makan dulu kan? Pake jaket ga? Kalo gue ga salah liat Ray mukanya juga pucet kemaren. Kalo sakit disana gimana?” Ify menghentakan kakinya. ‘Lo....... Lo selalu buat gue ragu untuk pergi fy. Bagaimana bisa gue ninggalin elo yang udah ngisi semua cerita hidup gue bahkan keluarga gue.
“Soal Ray pucet gue emang udah tanya, katanya Flu doang. Ya terus gimana? Gue udah terlanjur ngizinin yaudahlah gue yakin mereka gapapa.”
“Lo itu emang selalu deh nganggep enteng masalah seenak lo aja.” Jawab Ify langsung tanpa pemikiran. Rio tercengang. Untuk kali ini pasti bukan Cuma buat masalah ini tapi buat semua masalah yang ada.
“Jangan bawa masalah lain kedalam masalah ini.” Ucap Rio dingin
“Gak ada. Gue hanya mendeskripsikan bagaimana lo mengatasi masalah lo.”
“Masalah gue? Apa masalah lo yang dibawa bawa ke gue?” Tantang Rio. Ify memegang pinggangnya. Rio terdiam.
“Apalagi masalah gue, lo selalu menyepelekan segalanya. Lo ga pernah pake hati lo.” Kali ini Ify berkuasa.
“Emang ada masalah kita yang perlu diberesin pake Hati?” Tantang Rio lagi. DAMN! Masuk. Ify mulai bergetar.
“Kenapa kak? Kenapa semua lo anggep enteng? Bahkan perasaan gue juga lo anggep seenteng ini. Gue ga percaya kalo lo ga tau soal.............” Ify mengerjapkan matanya sebentar “Oke. Untuk pertama kalinya gue bilang sama lo....... Gue sayang lo kak” Ify menutup matanya, air matanya sukses jatuh bebas.
“Lo kan gampang fy ngomong, jangan-jangan ini juga Cuma siasat lo doang biar gue luntur. Emang lo kira lo pernah menyelesaikan masalah kita pake hati? Gaada fy! Bah......” Ify menaruh telunjuknya didepan bibir Rio.
“Biarin gue bicara semuanya. Gue takut setelah ini gue ga pernah bisa menjelaskan semuanya sama lo. Izinin gue lepasin semuanya. Setelah ini lo bisa anggep kejadian ini gaada.” Ify menarik nafas panjang “Yang pertama, gaada yang bisa ngelarang. Gue juga ga ngerti sejak kapan gue mulainya yang jelas apa yang gue bicarain itu semua tanpa rekayasa. Gue sayang sama lo kak sebagaimana seorang cewe punya perasaan ke cowok.” Ucap Ify dengan lirih, air matanya benar-benar menguasai wajahnya namun Rio masih tetap diam.
“Dan yang kedua... yang terakhir Makasih kak lo udah mau ngisi hidup gue... Jujur masa-masa gue berantem sama lo, bermain sama lo adalah hal terindah yang pernah masuk dalam hidup gue. Mungkin Prinsip gue selama ini kalo Gue mencintai orang yang benar dalam kondisi yang tidak tepat salah besar. Mungkin sekarang gue berada dalam kondisi yang benar tetapi jatuh Cinta keorang yang.......” Ify mengerjapkan lagi matanya “ Salah.”
“Udah?” Tanya Rio lagi, Ify menganggukan kepalanya..... “Ya mungkin prinsip kedua lo benar.” Jawab Rio dengan dingin. Jujur dia masih ga ngerti kenapa logika dan perasaannya tidak merasakan satu hal yang sama. Ify memegang bahu rio dengan kencang. Rio mengerjapkan matanya. Ia tahu kali ini ia salah.
“Kak, tolong tegasin sekali lagi dengan hati lo soal kata kata lo tadi biar gue ngerti. Sekali lagi aja” Pinta Ify. Rio masih terdiam.
“Ka.. Ka rio... Plis biar semua jelas. Jangan buat semuanya gantung. Plis ka tegasin ke gue lagi.” Ify diam lagi. Rio menghela nafasnya berat “Oke ini lo yang minta. Mungkin prinsip kedua lo benar” Air mata ify banjir. Rio menggelengkan kepalanya pelan. Ify melepas tangannya dari bahu Rio. Dan menghapus air matanya
“Oke kak. Makasih udah kasih kesempatan gue ngomong. Oya, kalo misalkan gue ganggu lo setelah ini. Nanti sepulang sekolah gue bisa kerumah gue kok, gaada Ozy jadi ga bakal ada yang pertahanin gue disini. Yaudah kak... gue deluan ya.” Pamit Ify... Rio terdiam ditempatnya sungguh perasaan menyesal dalam dirinya menyingkap seluruh perasaan Rio.
*****
Ify berjalan kehalte dengan perasaan lega sekaligus sakit. Secara gak langsung Rio sudah menolak. Bukan bukan menolak dirinya tapi menolak Ify merasakan perasaan itu. Mungkinkah karna ify tak pantas? Entahlah. Ify tersenyum dia cukup bangga bisa bertahan tidak mempedulikan sakit dipinggangnya diposisi sesulit tadi.
Ify menunggu dihalte dekat Rumah Rio, Cukup lama bahkan sekilas ia bisa melihat mobil Rio pergi melewati dirinya kearah sekolah. Ify tersenyum. Seakan tadi tidak ada masalah yang terjadi. Lama BUS yang datang penuh semua, Hampir jam 6.50 dan Ify belum naik BUS. ‘Pasti telat’ tiba-tiba dia tidak ingin kesekolah dulu.... ia masih ingin menetralisir semua perasaannya. Ify mengambil HandPhonenya dan mengsms via.
To: Via imut
Vi, gue ga sekolah dulu yaaa ga diizinin dokter nih, hupt. Bilangin guru yaa! Jangan kangen wkwk salam buat Agni,Shilla, Ka ALV, ka Gab, Ka Cakka sama Ka Rio. Thanks vi J
Tak lama...
From: Via Imut
Bagus deh elo sih keukeuh banget, Sipsip nanti gue bilangin. Get well ya ipyyy! Gonna miss u{} ALV nya gausah di caps ya jelek J
Ify tersenyum. Menyesal juga sih. Kangen banget sama mereka. Tapi yasudahlah. Ify berjalan menelusuri trotoar. Entah dia masih ingin berjalan lagipula jalanan macet dan cuaca masih bagus sayang disia-siain.
*****
Baru saja Rio mau masuk ke lapangan parkir tiba tiba perasaan gak enak menyingkap Rio. Rio memutar balik kearah gerbang sekolah dan menghentikan mobilnya disebrang gerbang sekolah.
Tak bisa dipungkiri ia menunggu gadis itu sambil terus melihat ke gerbang. Gamungkin dia sampe deluan. Secara tadi ia masih melihat gadis itu di Halte. Perasaan menyesal kembali datang. ‘Kenapa ga gue ajak bareng aja sih? Rio!! kenapa ego lo mengendap hari ini?’. Rio diam dan tiba tiba merenungkan kejadian tadi pagi. ‘Fy, kita satu tujuan tapi kenapa jalannya terlalu berjauhan?’. Rio menghela nafasnya dan memutuskan keluar dari lingkungan sekolah.
*
Ditengah perjalanan tiba-tiba Ify merasakan denyut di pinggangnya ia memutuskan untuk duduk ditaman yang ada diseberang jalan. Setelah merasa jalanan cukup sepi Ify pun menyebrang kearah taman tersebut. Namun baru saja dia berada di ujung jalan tiba-tiba Sepeda motor dari belokan samping taman melaju dengan kecepatan diarah pinggir dan menyenggol tas sekolah Ify yang membuat Ify terdorong kearah trotoar.
“AAARRRRRRGHHH SAKITTTTTTTTTTT” Ify berteriak. Gak berguna. Jalanan dan taman sungguh benar benar sepi. Tiba-tiba.........
“IFYYYYYYYYYYYYY!” Teriak seseorang dari dalam mobil diujung seberang. Mobil tersebut langsung berhenti. Mobil Rio. Ify tau percis hal ini. Rio langsung berlari menyebrang keaarahnya. ‘Kenapa? Kenapa musti ka Rio?’ Rio keluar dari mobil dan langsung terduduk disamping Ify. Perasaan khawatir campur bersalah menyergap dirinya.
“Fy, Lo tuh argh!! Lo gapapa?” Tanya Rio gelagapan Ia langsung mengambil alih kepala Ify namun Ify melepaskannya lembut.
“Kak, gue masih bisa ngeliat kok” Jawab Ify pendek. Sungguh kenapa permainan ini berat sekali. Kenapa Rio dan sakit ini selalu datang bersamaan.
“Bodoh! Lo bisa ngeliat tapi lo gamungkin bisa mempertahankan diri lo sendiri.”
“Kak, Cukup jangan dateng ke gue. Plis banget. Buat jarak itu makin tebel kak biar gue bisa liat dengan jelas. Sakit ini Cuma bentar kok, bentar lagi paling udah ngga. Lo bisa ting.........” Rio langsung merengkuh ify kedalam pelukannya. Ify tidak berusaha menghindar lagi. ‘Biarkan untuk kali ini. Gue merasakan apa yang belum tentu gue bisa rasakan lagi’ .
“Udah puas kan lo?” Ucap Rio. Ify tercengang. Jadi tadi?........ Ka rio kenapa lo musti berubah secepat ini. Ada berapa banyak lagi cara lo untuk menyiksa gue secara perlahan?. Rio langsung menggendong Ify bermaksud mengantarnya kerumah sakit. Tapi baru saja Rio mengangkat Ify. Ify langsung melepaskan tangannya dari leher Rio. Rio oleng dan terjatuh namun kepala Ify masih ia tahan dipahanya dan satu tangannya ia biarkan membentur jalanan dibelakang punggung Ify.
“Lo apa apan sih? Lo bilang lo gamau nyusahin gue kan?! Ya sekarang ke rumah sakit cepet!” Tantang Rio. Ify tersentak.
“LO!!!!! LO BENER BENER GA PUNYA HATI LAGI KAK! PERGI LO! GUE KAN UDAH BILANG GAUSAH BANTU GUE KALO LO MERASA TERBEBANI. PERGI!!!!!!!! RIO PERGIII!!” Teriak Ify sambil mendorong Rio tapi tangannya yang berada dipunggung Ify bergerak cepat kebelakang kepala Ify takut takut kepalanya terbentur.
“Fy fy bukan gitu. “ Rio gelagapan dia benar benar tidak tahu apa yang telah atau akan ia katakan. Semua egonya yang bekerja. Ify terdiam berusaha menenangkan dirinya yang masih bergetar “Maaf gue udah bentak lo kak, Gue... hhh sorry.” Ify langsung berdiri dan berjalan mengambil tasnya lalu menyelempangkannya dibahunya tapi kakinya terlalu lemah untuk menopang tubuhnya. Rio berdiri tepat dibelakang Ify dan pas Ify jatuh menimpanya dibelakang dan kepala gadis itu menimpa dadanya.
“Lo terlalu spesial untuk mempertahankan gue fy........” Lirih Rio pelan, sepelan bagaimana ia yakin Ify tidak mendengar itu. Rio langsung mengambil alih tubuh Ify, tidak peduli dengan tatapan Ify yang memohon dan memasukannya kedalam mobil.
-Mobil Rio-
Mobil tersebut berjalan dalam diam, mungkin karna masih jam sekolah dan jam kerja. Ify terdiam. Ify masih menangis. Rio membanting setirnya karna ia hampir saja menabrak tukang buah-buahan. Rio menghelas nafasnya panjang karna Bapak tersebut gapapa dengan senyum dibibirnya. Rio beralih kearah Ify yang menghapus air matanya. “Maaf kak.. Gue ganggu konsen~”
“Lo bisa ga sih berhenti minta maaf? Seakan hari ini tuh lo adalah narapidana!” Cecar Rio. Ify menunduk. Rio menangkat muka Ify dengan telunjuknya dan berusaha menenangkan dirinya dan diri ify.
“Oke kita ga kerumah sakit. Kita balik ke rumah gue tapi plis jangan nangis lagi. Lo tau kan itu ganggu konsentrasi gue nyetir..” Ucap Rio, Ify menatap Rio dengan senyum terbaiknya ‘sekaligus lo ganggu konsentrasi hati gue. Mana bisa gue mengerjakan apapun kalo liat lo semiris ini.’
“Maaf fy, maaf kalo hari ini gue buat lo merasa bersalah atau ketakutan............”
*****